Google Perlihatkan Fondasi Masa Depan Mixed Reality Di Android Show Xr

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

CEKLANGSUNG.COM – Jika Anda membayangkan masa depan mixed reality tetap jauh dan abstrak, siap-siap untuk mengubah persepsi itu. Google baru saja memberikan gambaran paling konkret tentang gimana mereka membangun fondasi untuk ekosistem perangkat nan bakal menempel di kepala kita, mulai dari kacamata pandai ringan hingga headset penuh. Dalam aktivitas unik berjudul The Android Show: XR Edition, raksasa teknologi itu memamerkan serangkaian pembaruan besar untuk sistem operasi Android XR-nya, nan dirancang untuk mendukung beragam corak ftokoh perangkat masa depan.

Acara ini mungkin lebih banyak menyasar pengembang, tetapi demo langsung nan diberikan kepada wartawan senior Engadget, Sam Rutherford, mengungkap visi nan matang dan praktis. Rutherford berkesempatan mencoba beragam perangkat keras, mulai dari headset Samsung Galaxy XR, dua kreasi referensi kacamata pandai Google, hingga jenis awal kacamata Project Aura dari Xreal. Hasilnya? Sebuah ekosistem nan terasa lebih adaptif dan berfokus pada pengalkondusif manusiawi dibandingkan platform pesaing nan ada saat ini. Ini bukan sekadar tentang teknologi canggih, melainkan gimana teknologi itu menghilang dengan mulus ke dalam kehidupan sehari-hari.

Lantas, apa saja nan diungkap Google tentang masa depan mixed reality ini, dan kenapa pendekatan mereka bisa menjadi kunci untuk mengmengambil teknologi wearable nan lebih luas? Mari kita selami temuan dari demo eksklusif tersebut.

Kacamata Referensi: Uji Coba Fitur Tanpa Terpsaya Desain

Salah satu perihal pertama nan diuji adalah sepasang kacamata referensi buatan Google dengan layar waveguide RGB tunggal di lensa kanan. Penting untuk dicatat, kreasi bentuk perangkat ini bukanlah bocoran produk konsumen mendatang. Ini murni papan uji untuk fitur-fitur Android XR. Setelah memakainya, pengguna bisa meminta asisten AI Gemini untuk memutar lagu di YouTube Music alias menjawab panggilan hanya dengan mengetuk touchpad di bingkai. nan menarik, kacamata ini juga dilengkapi kamera nan menghadap ke bumi luar, memungkinkan pengguna dengan mudah berbagi pandangan mereka dengan musuh bicara secara real-time.

Fleksibilitas konektivitas menjadi sorotan. Max Spear, Group Product Manager untuk XR di Google, menjelaskan bahwa perangkat seperti ini dapat beranjak dengan mulus antara hubungan Bluetooth dan Wi-Fi tergantung situasi, sebuah transisi nan apalagi tidak terdeteksi oleh penggunanya. Namun, konsentrasi nan lebih besar adalah pada kemudahan bagi pengembang. Android XR dirancang agar aplikasi nan sudah ada dapat lebih mudah di-porting. Untuk perangkat dengan layar built-in, OS menggunbakal kode notifikasi Android standar untuk membikin antarmuka minimalis, mengurangi beban developer untuk menyesuaikan aplikasi mereka dengan setiap model perangkat baru.

Bahkan untuk model ultra-ringan tanpa layar visual seperti Bose Frames, Android XR memungkinkan akses ke beragam aplikasi hanya dengan mikrofon dan kontrol suara. Kemampuan imajinatif juga diuji. Gemini bisa diperintah untuk mengambil foto, nan kemudian dikirim dalam resolusi lebih tinggi ke smartwatch nan terhubung untuk pratinjau. Lebih lanjut, dengan fitur seperti Nano Banana, AI dapat mengubah foto biasa—misalnya, rak dapur—menjadi segmen fiksi ilmiah nan perincian hanya dengan perintah suara.

Dari Peta Hingga Resep: AI nan Memahami Konteks

Demo nan cukup mengesankan adalah ketika kacamata referensi diminta untuk memandang isi rak dapur dan menggunbakal bahan-bahan nan ada untuk membikin resep berasas preferensi pengguna (“tidak pakai tomat”). Gemini meracik buahpikiran resep pasta Italia dengan bahan nan tersedia, menunjukkan pemahkondusif kontekstual. Lebih dari itu, Gemini telah dilatih untuk memahami gestur alami manusia seperti menunjuk dan mengambil benda, sehingga intertindakan terasa kurang ksaya dan lebih intuitif.

Pengujian pada aplikasi seperti Google Maps dan Uber juga menarik. Pada model kacamata dengan layar monokular (satu lensa), Maps tetap dapat menampilkan peta perincian dengan keahlian zoom. Namun, saat beranjak ke model dengan layar binokular (dua lensa), terjadi lompatan signifikan dalam ketajaman, kejernihan, dan kedalaman. Peta menampilkan gambar stereoskopik 3D dari bangunan. Pengalkondusif ini menguatkan kesan bahwa industri kemungkinan bakal mengarah pada kacamata pandai dengan dual display RGB untuk pengalkondusif visual nan optimal.

Perkembangan di ranah headset juga tak kalah cepat. Samsung Galaxy XR, nan baru diumumkan Oktober lalu, sudah mendapatkan fitur baru berkah pembaruan Android XR. Salah satunya adalah keahlian bermain “I Spy” dengan Gemini, di mana headset menggunbakal kamera eksteriornya untuk memahami apa nan dilihat pengguna dan memberikan respons kontekstual. Fitur ini, meski terdengar sederhana, merupbakal fondasi krusial untuk intertindakan nan lebih natural antara manusia dan perangkat mixed reality.

Avatar Realistis dan Konektivitas Lintas Platform

Kejutan terbesar mungkin datang dari demo avatar virtual baru Google nan disebut “Likeness”. Berbeda dengan avatar animasi rendah poligon nan umum ditemui di platform seperti Meta Horizon, Likeness menawarkan representasi virtual wajah manusia nan nyaris sempurna dan menakutkan nyata—apalagi disebut-sebut melampaui kualitas Persona milik Apple. Avatar ini dapat dibuat dan diedit melalui aplikasi unik nan rencananya dirilis tahun depan, sementara headset seperti Galaxy XR menggunbakal sensor internal untuk melrandom dan menirukan gerbakal wajah pengguna secara real-time.

Aspek konektivitas lintas platform juga ditekankan. Dalam demo, Samsung Galaxy XR dapat dihubungkan secara nirkabel ke laptop Windows untuk memainkan game Stray dengan latensi rendah, menggunbakal kontroler nan dipasangkan. Google menyatbakal sedang berupaya untuk menamapalagi support hubungan ke macOS di masa depan. Pendekatan ini menunjukkan komitmen Google untuk membikin perangkat Android XR dapat bekerja selaras dengan ekosistem perangkat lain, sebuah strategi nan kontras dengan pendekatan tertutup nan biasa diambil pesaing.

Terakhir, ada Xreal Project Aura, kacamata nan berada di antara smart glasses ringan dan headset VR penuh. Perangkat pre-produksi ini mengesankan dengan resolusi dan ketajamannya, dilengkapi kaca elektrokromik nan memungkinkan pengguna mengatur tingkat tint lensa secara manual alias otomatis berasas aplikasi nan digunakan. Dengan field of view (FOV) 70 derajat nan lebih luas, kacamata ini berfaedah sebagai beberapa layar virtual sekaligus, memungkinkan multitasking seperti mengikuti panggilan virtual dengan avatar Likeness sembari membuka dua jendela aplikasi lainnya di sampingnya.

Refleksi dari semua demo ini mengarah pada satu konklusi utama: Google sedang membangun fondasi nan sangat kuat dan elastis dengan Android XR. Daripada memaksbakal satu corak ftokoh ideal—seperti nan dilakukan Apple dengan Vision Pro—Google memilih untuk mendukung beragam desain: dari kacamata dengan satu layar, dua layar, hingga nan tanpa layar sama sekali. Strategi ini mengakui bahwa industri wearable dengan layar tetap sangat muda, dan belum ada konsensus kreasi final seperti pada smartphone.

Dengan konsentrasi pada kemudahan pengembangan dan kompatibilitas lintas perangkat keras, Google berupaya menghindari jebbakal niche nan dialami oleh pasar headset VR sebelumnya. Mereka belajar dari pengalkondusif Google Glass lebih dari satu dasawarsa lalu. Seperti dikatbakal Juston Payne, Senior Director of Product Management untuk XR, “Kacamata pandai kudu menjadi kacamata nan dahsyat terlebih dahulu. Mereka perlu mempunyai ftokoh corak nan baik, lensa nan bagus dengan support resep, mereka kudu terlihat bagus dan mudah dibeli.”

Google tampaknya tidak terburu-buru meluncurkan “Pixel Glasses”. Alih-alih, mereka membangun pondasi sistem operasi nan kuat dan membiarkan mitra seperti Samsung, Xreal, Warby Parker, dan Gentle Monster nan berinovasi di sisi perangkat keras. Ditambah dengan avatar Likeness nan revolusioner untuk kerjasama virtual, langkah Google ini bukan sekadar mengejar tren, melainkan menyiapkan panggung untuk masa depan mixed reality nan benar-betul terintegrasi dan manusiawi. Pertarungan untuk mendefinisikan masa depan komputasi di kepala kita baru saja memasuki babak nan jauh lebih menarik.

Baca Juga: Samsung Project Moohan: Headset XR Resmi Rilis 21 Oktober | Lupbakal AR dan VR! Microsoft Kembangkan Mixed Reality | Bocoran Resmi Samsung Galaxy XR: Headset VR dengan Chip Snapdragon XR2+ Gen 2

Selengkapnya
Sumber Telset
-->