CEKLANGSUNG.COM – Tren penggunaan smartphone flagship di kalangan ahli teknologi mengalami pergeseran signifikan. Editor-editor di GSMArena.com, nan selama ini identik dengan iPhone dan Galaxy, sekarang banyak nan beranjak ke merek China seperti vivo, Xiaomi, Honor, Oppo, dan OnePlus. Pergeseran ini dipicu oleh kemajuan pesat di sektor kamera, terutama dengan hadirnya sensor 1 inci dan revolusi kamera zoom.
Ivan, salah satu penyunting GSMArena, mengungkapkan pengalamannya. “Saya ingat ketika pertama kali mencoba kamera zoom 85mm di vivo X100 Ultra – itu benar-betul mengagumkan. Itu membikin Galaxy S24 Ultra saya terlihat biasa saja, dan saya segera beranjak ke flagship vivo,” katanya. Ia bukan satu-satunya. Beberapa koleganya nan dulunya setia pada Galaxy Note, iPhone Pro, alias Pixel, sekarang juga berasosiasi dengan ‘Team vivo’ alias beranjak ke Xiaomi Ultra. Motivasi utamanya adalah performa kamera kelas bumi nan ditawarkan.
Namun, pilihan sekarang tidak lagi sesederhana dulu. Kehadiran ponsel lipat book-style nan sekarang setara dengan flagship biasa membikin keputusan menjadi lebih kompleks. Model-model seperti OnePlus Open, vivo X Fold3 Pro, Honor Magic V3, Oppo Find N5, hingga Galaxy Z Fold7 telah menghilangkan banyak kelemahan generasi awal. Mereka sekarang tipis, bisa menutup rapat, mempunyai perlindungan air, dan nan terbaru, apalagi sudah ada nan tahan debu.
Ftokoh penentu nan membikin ponsel lipat menjadi pilihan serius bagi pencinta fotografi adalah kameranya nan akhirnya menjadi “cukup bagus”. Ivan mengakui, “Sentuhan akhir nan membikin ponsel lipat menjadi pilihan nan layak bagi kami nan menuntut performa kamera terbaik adalah kebenaran bahwa ponsel lipat book-style sekarang, akhirnya, cukup bagus dalam mengambil foto dan video!”
Dilema inilah nan dihadapi Ivan: memilih flagship bar phone dengan kamera terbaik alias ponsel lipat dengan layar besar. Untuk menjawabnya, dia menguji Oppo Find N5 secara berdampingan dengan vivo X200 Ultra selama beberapa minggu. Konfliknya justru semakin menjadi.

Keunggulan Tak Terkalahkan Flagship Konvensional
Ponsel corak batang telah mencapai titik matang setelah bertahun-tahun pengembangan. Mereka menawarkan baterai besar di atas 6.000mAh dengan kecepatan pengisian daya nan luar biasa, layar OLED 6,8 inci beresolusi tinggi, material premium, dan feel di tangan nan superb – semua dengan berat sekitar 220-230 gram. Namun, ponsel lipat terbaik sekarang juga bisa melakukan perihal nan sama. Oppo Find N5, misalnya, mempunyai berat nan sama persis 229 gram dengan vivo X200 Ultra.
Lalu, di mana kelebihan flagship konvensional? Pertama, dari segi ketahanan. Tidak adanya bagian bergerak membuatnya lebih terlindungi dari air dan terutama debu. Flagship bar terbaru apalagi mempunyai rating IP69 untuk semprotan air bertekanan dan suhu tinggi. Kedua, dan nan paling krusial, adalah kamera. Ponsel seperti vivo X200 Ultra, Xiaomi 15 Ultra, Oppo Find X8 Ultra, dan Huawei Pura 80 Ultra dapat menampung modul kamera nan lebih besar.
“Kamera telephoto mereka, khususnya, mempunyai sensor nan ukurannya sebesar kamera utama Galaxy Z Fold7 alias Honor Magic V5, apalagi sedikit lebih besar, dan memerlukan komponen kaca nan lebih besar di atasnya,” jelas Ivan. Elemen-elemen besar itu memerlukan ruang nan tidak dimiliki oleh ponsel lipat flagship nan terobsesi dengan ketipisan. Inilah kekuatan terbesar smartphone konvensional.
Lantas, seberapa besar perbedaan antara vivo X200 Ultra dan Oppo Find N5? Secara teknis, sangat besar. Namun, bagi banyak orang, perbedaan itu mungkin tidak terlampau terasa. Jika membandingkan kamera utama, kualitas di layar dari kedua ponsel terlihat mirip. Kamera 35mm vivo secara teknis lebih impresif dan lebih baik dalam segala kondisi cahaya, tetapi kebanybakal pengguna bakal puas dengan hasil dari kedua ponsel tersebut.
Perbedaan baru benar-betul terlihat pada kamera ultrawide dan telephoto. Kamera ultrawide vivo X200 Ultra, dengan sensor besar nan dijuluki “main cam sensor”, menghasilkan gambar nan jauh lebih menonjol dibandingkan Find N5 nan menggunbakal sensor mini dan lensa generik. Cerita serupa terjadi pada kamera telephoto. Sensor 200MP 1/1.4″ pada vivo jauh lebih besar dibandingkan imager 50MP 1/2.75″ pada Oppo. Lensa 85mm f/2.3 vivo juga beberapa tingkat di atas lensa 75mm f/2.7 Oppo. Perbedaannya terlihat pada rendisi dan tekstur; kontras pada gambar vivo lebih dalam dan warnanya jauh lebih bagus.

Bahkan kamera selfie vivo X200 Ultra, dengan sensor 50MP nan besar, mengalahkan shooter 8MP di Find N5. “Ya, ponsel flagship kamera menyapu lantai dengan ponsel lipat book-style,” saya Ivan. Namun, dia menamapalagi bahwa kebanybakal orang tidak terobsesi dengan kamera smartphone mereka dan bakal merasa sistem pencitraan Oppo sudah lebih dari cukup. Selain itu, banyak nan menganggap ukuran ‘pulau kamera’ X200 Ultra, Xiaomi 15 Ultra, alias Find X8 Ultra terlampau besar dan tidak seimbang.
Alasan terakhir nan kuat memilih flagship konvensional adalah harga. Meskipun harganya semakin mahal, flagship biasa tetap jauh lebih murah dibandingkan ponsel lipat. Sebagai contoh, Galaxy S25 Ultra dengan konfigurasi 12/512GB dijual sekitar €1.000, tetap lebih murah dari nilai Galaxy Z Fold7 nan mencapai €1.500.
Daya Tarik Tak Terbantahkan Ponsel Lipat
Di sisi lain, ponsel lipat book-style baru saja menjadi hebat. Segmen nan dimulai Galaxy Z Fold ini sekarang mencapai puncaknya di generasi ketujuh. Ponsel lipat semakin tipis, lebih terlindungi, dan mulai kehilangan kelemahannya. Mereka mempunyai baterai besar, kamera nan bagus dengan zoom nan cukup baik, dan bakal semakin membaik di tahun-tahun mendatang. Sementara, bisa dibilang ponsel batang sudah mencapai puncaknya.
“Mungkinkah sebuah ponsel lipat dapat menampung modul kamera sebesar itu dan tetap nykondusif dipegang? Saya pikir bisa. Itu hanya masalah waktu,” ujar Ivan. Ponsel lipat mempunyai untung merasa lebih mini dari flagship bar phone biasa ketika dilipat, dan memberikan layar nan jauh lebih besar ketika dibutuhkan.
Penurunan dari layar 6,8 inci X200 Ultra ke panel 6,6 inci pada Find N5 tidak drastis. Namun, begitu Find N5 (alias Fold7, alias Magic V5) dibuka, pengguna memasuki liga nan berbeda. Layar dalam hampir-persegi 8,12 inci pada Find N5 sangat bagus untuk browsing, membaca, memandang foto, alias apalagi menonton video. “Sebagian besar argumen menentang ponsel lipat sudah tidak relevan lagi. Bahkan, Find N5 mempunyai daya tahan baterai nan sangat sebanding dengan vivo X200 Ultra – nyaris sama baiknya ketika terbuka dan lebih baik ketika tertutup,” tambah Ivan.

Dalam satu alias dua tahun, ponsel lipat mungkin mulai mendesak ponsel bar-style klasik dari puncak tangga flagship. Mengapa tidak menginginkan ponsel nan ukurannya sama ketika dilipat, tetapi bisa menawarkan pengalkondusif tablet mini ketika dibuka? Di era dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu mengenting layar, layar terbaik adalah keharusan.
Ivan mencoba hidup dengan ponsel lipat dan merasa nyaris tidak bisa menolaknya. “Memiliki kanvas 8 inci selama beberapa minggu terasa luar biasa. Itu meningkatkan pengalkondusif saya dalam membaca serta menonton foto dan video.” Bahkan di luar kelebihan jelas sebuah ponsel lipat, dia menemukan bahwa mempunyai ponsel dengan engsel itu menyenangkan. “Membuka dan menutup komputer mini nan kuat ini membikin ketagihan!” Ada juga kesenangan subjektif menggunbakal ponsel nan lebih kecil, seperti Oppo Find N5 ketika dilipat, dibandingkan dengan vivo X200 Ultra.
Namun, pada akhirnya, Ivan memilih untuk kembali ke vivo X200 Ultra setelah memilah prioritas. “Itu adalah ponsel nan mengambil foto dan video terbaik, setidaknya menurut mata saya.” Namun, keputusan itu tidak mudah. Ia apalagi menggunbakal Galaxy Z Fold4 lama sebagai perangkat unik untuk binge-watching di malam hari. Pengalkondusif ini meyakinkannya bahwa masa depannya dengan ponsel bar-style klasik bakal segera berakhir. “Saya sedang mencari ponsel lipat super generasi berikutnya nan mengambil langkah maju dengan kameranya sehingga mendekati level vivo X200 Ultra hingga perbedaannya tidak lagi penting.”
Ponsel lipat belum memprioritaskan sistem kamera terbaik lantaran beberapa alasan. Pertama, pasar belum menuntutnya. Orang nan membeli ponsel lipat book-style lebih peduli bahwa ponsel itu setipis dan seringan ponsel mereka saat ini. Mereka sudah lebih dari puas dengan level performa kamera nan dimiliki ponsel lipat saat ini. nan terpenting, sangat susah memasang sistem kamera sebesar itu ke dalam ponsel lipat tanpa mengembalikannya ke ketebalan generasi awal. Jangan berambisi memandang ‘pulau kamera’ seperti Xiaomi 15 Ultra alias vivo X200 Ultra pada ponsel lipat dalam waktu dekat.

Namun, teknologi pencitraan mungkin bakal berkembang dalam beberapa tahun ke depan untuk memungkinkan keahlian serupa dalam paket nan lebih kecil, membuka jalan bagi sistem kamera flagship pada ponsel lipat. Ponsel seperti Honor Magic V5 dianggap sudah cukup mendekati saat ini. Pertarungan antara kepraktisan layar besar dan kelebihan absolut kamera tetap bakal menjadi dilema utama di pasar high-end, setidaknya hingga penemuan berikutnya muncul.
5 hari yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·